Minggu, 27 Desember 2020

Baal (Getting Numb)


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 

"Kamu udah semati rasa itu ya?", ujar seorang teman yang saat ini sedang duduk di sampingku.

"Yahhh.. mungkin ya." Jawabku singkat sembari memandang jauh ke horizon Pantai Sanur di pagi hari. Mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman karena celetukan tiba-tiba yang ia keluarkan. Namun, tepat  menusuk pada sasarannya.

"Kamu tahu nggak sih? Kalau kamu kayak gini terus nggak bagus, karena kamu mungkin ngerasa biasa-biasa aja, tapi bisa aja orang lain ngerasa ini spesial." Ucapnya kembali.

Sekali lagi, aku hanya mampu memandangi laut bersama dengan kesibukan para nelayan, karena aku tak tahu lagi apa yang harus aku sampaikan. Semua yang telah dia sampaikan tidak ada satu pun yang salah. Yahhh... Aku tahu, dengan menjadi mati rasa terhadap perempuan, aku bisa saja melakukan hal-hal yang umumnya spesial bagi mereka. Namun, karena rasaku yang sedang mati, bagiku itu hanya sekedar tindakan yang baik untuk berteman.

Aku pun menyadari, ketika aku menyukai seseorang, ada sebuah kebiasaan yang sangat mencolok, merasa gugup dan kikuk. Aku masih ingat, saat itu aku sedang melakukan kencan pertama dengan seorang perempuan di K**. Aku saat itu terlalu gugup dan canggung. Sehingga, tanpa sengaja aku menumpahkan mocca float ke celanaku sendiri saat sedang minum, memancing tawa manis dari perempuan itu dan mencairkan suasana di antara kami. Namun, belakangan ini aku merasa setiap bertemu dengan perempuan yang baru aku kenal, aku bisa mengalir saja berbicara dengan mereka seolah tak ada masalah. Aku tidak tahu, entah itu terjadi karena kemampuan komunikasiku yang sudah menjadi lebih baik, atau memang tidak ada satu pun dari perempuan-perempuan itu yang membuat hatiku merasakan kehangatan lagi.

"Memang sejelas itu ya terlihat kalau aku mati rasa?", tanyaku kepadanya

"Jelas kelihatan."

"Memangnya gimana?" tanyaku kembali

"Ya gimana ya jelasinnya, tapi ya kelihatan aja gitu." Jawabnya mencoba untuk memuaskan rasa ingin tahuku.

Entahlah, aku tidak tahu yang mana yang benar. Temanku yang terlalu peka sebagai perempuan, atau memang sejelas itu terlihat bahwa aku masih belum bisa menerima kehangatan dari perempuan yang ada di sekitarku. Bukan berarti aku tidak tahu, aku telah lama menyadari bahwa sepertinya aku mati rasa. Namun, aku hanya tidak pernah berpikir bahwa itu mungkin akan membuat hal yang aku rasa biasa, menjadi spesial bagi orang yang menerima perlakuanku. 

Mati rasa tidak hanya tentang ketidakmampuan untuk merasakan hati kita yang menjadi hangat lagi, namun juga tentang ketidakmampuan untuk mampu merasakan perbedaan kehangatan yang diberikan oleh orang lain. Yaps, aku yang dulu mampu membedakan kira-kira perempuan mana yang tanpa sengaja jatuh kepadaku, untuk kemudian aku membangun sedikit jarak dengan mereka. Namun, aku yang sekarang tak mampu melakukan itu, sehingga aku sendiri pun merasa takut jika tanpa sadar menyakiti hati yang lain karena rasaku sendiri yang telah mati. Mungkin terkesan munafik, tapi aku benci sekali jika harus kembali menyakiti perempuan yang lainnya.

Itulah alasan yang membuat aku sampai saat ini masih tetap sendiri, aku berpikir bahwa jika seorang perempuan mati rasa, setidaknya akan ada lelaki yang pasti terus berjuang untuk membuat hatinya luluh kembali dan jatuh ke pelukan lelaki itu. Namun, bagaimana jika itu aku sebagai lelaki? Pihak yang seharusnya memulai sebuah hubungan, tetapi tidak sedikit pun memiliki rasa untuk memulai sebuah hubungan dengan seseorang. Tidak, aku tidak senaif itu untuk berpikir bahwa nantinya akan ada seorang perempuan yang berjuang begitu keras untuk meluluhkan hatiku, karena aku hanya seorang lelaki sederhana yang terlalu nyaman berada di dalam dunia utopianya. Sejak pertama kali aku menyadarinya, aku selalu mempertanyakan, kira-kira kapan hati ini mampu ditanami rasa kembali, mampu merasa bahagia karena sebuah cinta yang bersemi lagi? Sering sekali aku berpikir seperti itu, bahkan aku sering mempertanyakan apakah mungkin hati ini bisa ditanami rasa lagi? Bagaimana jika ia sudah benar-benar menjadi tandus dan tidak mungkin untuk ditanami lagi?


Seperti yang disampaikan oleh salah seorang teman lamaku. Ya, perempuan seperti apa yang pada akhirnya mampu meluluhkan hatiku kembali? Mengolah kembali lahan di hatiku, menyemai bibit-bibit rasa yang baru, merawat mereka dengan lembut dan sabar hingga mereka bisa tumbuh menjadi begitu banyak pohon cinta yang bersemi kembali. Selayaknya ia yang ingin menunggu hal itu, aku pun selalu mempertanyakan,

"Siapakah kamu nantinya?"

Sampai jumpa di tulisanku yang lain ya,guys! Mungkin jika ada diantara kalian yang mau cerita-cerita juga, kalian bisa menghubungiku dari sosial media yang sudah aku cantumkan ya, terutama Facebook dan Instagram, see you in the next posting,guys!


Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

Judul: Baal (Getting Numb); Ditulis oleh anginsepoi; Rating Blog: 5 dari 5

2 komentar: