Sabtu, 21 November 2020

Sedikit Bicara Tentang Semesta


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 

Hai! Mau bilang selamat malam, tapi kayaknya tulisan ini nggak akan aku posting malam ini juga, kalau pun aku posting malam ini, belum tentu juga kalian bacanya malam. Hehehe. Nggak tau ya, entah kenapa malam ini benar-benar terasa sulit untuk sekedar memejamkan mata dan beristirahat seperti biasanya. Terus tiba-tiba iseng aja pingin nulis, padahal nggak tau juga mau nulis apaan wkwkwk. 

Jadi, bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian semua baik-baik dan sehat-sehat saja ya! Ngomong-ngomong aku mau cerita dulu nih, aku baru dapat kerjaan lo, yeaayyy!!! Finally sudah bukan deadwood lagi di rumah, dan sampai saat ini juga aku masih merasa enjoy banget sama pekerjaanku yang baru, doakan aku agar lulus probation ya,teman-teman!

Ngomong-ngomong, aku kayaknya pingin ngomongin sedikit hal tentang semesta, bagaimana ia bisa menjadi begitu misterius dan penuh teka-teki, semesta yang layaknya sebuah papan catur bagi tuhan dengan kita sebagai bidak-bidaknya. Kita sebagai manusia mungkin hanyalah elemen mikro dari semesta yang luar biasa besar ini, mungkin kalau ada sebutan lebih kecil dari mikro dan nano kayaknya bisa dipakai juga deh. Yahhh.. Di antara semesta raksasa ini kita memang nggak ada artinya.

Sering sekali penulis-penulis menggunakan frasa "semesta memang sebercanda itu", biasanya itu diungkapkan ketika ada sebuah goal yang telah ditetapkan, sudah dipersiapkan begitu matang, dan diusahakan dengan begitu sungguh-sungguh, namun, hasilnya ternyata melenceng jauh dari yang kita harapkan hanya karena suatu hal yang mungkin kita anggap sangat kecil. Tapi, coba deh kita renungkan baik-baik, apakah semesta memang sedang bercanda? 

Aku rasa tidak, semesta tidak akan pernah bercanda atau pun mengecewakan kita, semesta selalu serius menjadi perpanjangan tangan tuhan sebagai papan catur untuk perjalanan hidup kita. Hanya saja, mungkin kita yang belum cukup dewasa untuk mampu memetik pelajaran dari apa yang sedang terjadi. Selama pandemi ini, aku yakin tidak sedikit orang yang sudah berkali-kali mengutuk takdir, mencela semesta yang begitu menyebalkan. Padahal, ia sedikit pun tak memiliki andil dalam kehidupan kita, semesta hanyalah wadah, Tuhan yang menghendaki. Jadi, bila kita mengutuk semesta, bukankah kita juga mengutuk Tuhan tanpa sadar?

Sampai saat ini, aku selalu merasa semesta baik sekali kepadaku, dan senantiasa bersyukur dengan apa yang telah terjadi. Dalam proses menjadi dewasa ini, tentu ada banyak hal yang telah aku lewati, aku memiliki satu contoh kejadian yang saat itu benar-benar membuatku down hingga tak mampu berpikir dengan jernih. 

Saat itu, aku diterima bekerja di sebuah perusahaan. Yah, tentunya aku gembira sekali dengan role yang ditawarkan dan juga segala benefit yang bisa aku dapatkan. Namun, sepertinya memang belum rezekiku, tepat sebelum aku mulai bekerja, pandemi COVID-19 resmi mewabah di Indonesia, berbagai jenis usaha terkena dampaknya, termasuk perusahaan ini, dan tanpa memiliki kesempatan bekerja sedikit pun, rekrutmenku oleh perusahaan ini dinyatakan batal. Padahal, aku pun telah resign dari perusahaan sebelumnya.

Saat itu, jujur saja aku merasa benar-benar down dan kehilangan arah tujuanku selanjutnya. Saat itu, aku tak henti-hentinya bertanya tentang apa yang harus aku lakukan. Pelan-pelan, aku kembali berhasil mengembalikan diriku yang telah rapuh. Dan perlahan-lahan juga, aku tahu bahwa aku sepertinya kurang cocok untuk menempati posisi di perusahaan tersebut. Saat itu aku benar-benar merasa bersyukur karena Allah SWT telah memilihkan sebuah jalan yang baik untukku, dan alhamdulillah saat ini aku telah mendapatkan pekerjaan yang menurutku sesuai dengan apa yang kumau.

Selain itu, ada lagi kejadian lain yang menurutku membawa berkah, itu adalah momen disaat aku mengalami kecelakaan dan hanya bisa berdia diri di kamar selama kurang lebih 2 bulan. Selama 2 bulan tersebut, aku memiliki banyak waktu untuk merenungi berbagai macam hal. Melalui hasil perenungan itulah aku yang mungkin beberapa dari kalian kenal sekarang bisa terbentuk. Yahhh... Apa pun yang terjadi aku selalu belajar untuk tidak berpikir negatif mengenai segala hal yang terjadi padaku.

Berbicara tentang semesta yang senang bercanda, aku tidak pernah merasa begitu. Menurutku, Tuhan sudah memilih tembok yang tepat untuk menghalangi kita memilih suatu jalan dalam sebuah persimpangan kehidupan kita. Contoh saja nih, kalau kamu akan pergi melakukan sebuah perjalanan, kemudian Tuhan sudah tau jika kamu melakukan perjalanan tersebut akan ada sesuatu hal yang buruk terjadi. Sehingga, Tuhan membuatmu mengalami sebuah penyakit sehingga gagal untuk pergi. Awalnya kamu mungkin merasa sangat kesal. Namun, bukankah kamu akan merasa beruntung jika tiba2-tiba melihat kabar kecelakaan besar di tempat yang seharusnya kamu lalui? Kamu pastinya akan membatin, "Untung nggak jadi kesana."

Yaps, menurut Tuhan, sakit adalah cara yang paling ringan untuk mengubah pilihan kita. Sekarang aku tanya nih, lebih milih agenda batal karena sakit, atau karena jalan di dekat rumahmu ditabrak meteor yang datang tiba-tiba? Jadi gimana? Masih mau bilang suatu hal batal karena hal kecil itu "Semesta Yang Bercanda?"

Saranku sih lebih baik kita belajar untuk berteman dengan semesta, karena kamu tidak akan pernah tahu hadiah apa yang sudah dia siapkan sebagai sambutan pertemanan. Ok, see you in the next posting, sampai jumpa lagi! 

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

Judul: Sedikit Bicara Tentang Semesta; Ditulis oleh anginsepoi; Rating Blog: 5 dari 5

2 komentar: