Sabtu, 06 Maret 2021

Pria di Pesawat dan Tol Bali Mandara


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 

Belakangan ini kesibukan dalam pekerjaan lumayan menyita tenaga dan pikiranku. Sehingga, seringkali aku menyempatkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi kota dengan motor yang sudah banyak mengukir cerita suka dan duka bersamaku. Ketika langit sedang cerah, aku juga suka untuk sekedar berputar di jalan Tol Bali Mandara, yang mana sejak awal peresmiannya diklaim sebagai tol pertama di atas laut dengan value pemandangan yang indah. Meskipun, sejak reklamasi dimulai keindahannya sedikit memudar, tapi, pemandangan suasana langit tenggelam dan lautnya masih layak untuk dinikmati.

Beberapa minggu ini aku seringkali memasuki jalan Tol Bali Mandara hanya sekedar untuk berjalan-jalan menghilangkan penat setelah bekerja. Pada suatu sore, sembari mendengarkan musik, tiba-tiba aku teringat tentang seorang pria yang pernah aku temui di pesawat sekitar 2 tahun lalu. Saat itu, kami bertemu secara tidak sengaja di atas pesawat menuju Jakarta. Entah karena bosan atau bagaimana, tiba-tiba dia mulai bercerita kepadaku tentang pemandangan yang kami lihat dari dalam pesawat. Kurang lebihnya cerita itu seperti ini.

Oh iya, mungkin untuk cerita ini lagu ini bakal cocok diputar sambil baca, kebetulan juga aku suka lagunya sama video klipnya wkwkwk.

*Back to the past with my point of view*

Cerita ini terjadi pada tahun 2019, ya 2 tahun lalu. Mungkin jika kalian mengikuti keseluruhan cerita di blogku dengan baik, kalian akan tahu bahwa pada tahun itu aku sempat hijrah ke Bogor setelah lulus kuliah. Namun, jika kalian belum tahu, setidaknya aku sudah memberi tahu di sini wkwkwk. Ok, jadi selayaknya perjalanan menggunakan pesawat, pagi itu aku telah berada di waiting room Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Aku sedang menunggu jadwal keberangkatan pesawatku menuju Jakarta.

Tidak ada hal yang spesial saat itu, hanya sibuk menjaga agar baterai tetap dalam kondisi yang optimal dengan mencari tempat duduk yang memiliki stop kontak. Setelah menunggu kurang lebih 2 jam, akhirnya panggilan untuk penumpang pesawat yang akan aku tumpangi terdengar. Semuanya tetap berjalan biasa-biasa saja tanpa ada yang spesial. Dan seingatku, saat itu aku mendapatkan tempat duduk di seat tengah, biasanya aku lebih suka untuk duduk di samping jendela, tapi karena sudah dibook orang lain, ya sudahlah nikmati yang ada saja.

Sudah ada seorang pria yang duduk lebih dahulu di kursi tepat samping jendela itu, jika aku lihat perawakannya belum cukup tua. Mungkin, 2 atau 3 tahun lebih tua dariku. Singkat cerita, aku sudah meletakkan semua barang-barangku di kabin atas pesawat dan duduk manis menunggu take off. Saat menunggu pesawat take-off, tanpa disangka ternyata pria itu mengajak aku berbincang-bincang sedikit. Sesuai dugaanku, umurnya berjarak 2 tahun lebih tua dariku, dan dari apa yang dia sampaikan, dia memilliki beberapa urusan yang perlu diselesaikan di Jakarta. Kami tidak banyak berbincang, hanya sekedar percakapan standar basa-basi. Setelah itu kami kembali dalam kesibukan masing-masing sembari menunggu pesawat lepas landas.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pesawat pun siap untuk lepas landas. Selama lepas landas, aku selalu suka melihat keluar jendela dan memperhatikan bagaimana segala hal perlahan-lahan mengecil seiring dengan semakin tingginya jarak yang dicapai oleh pesawat. Dan tanpa sengaja, aku perhatikan, pria itu sangat menghayati pemandangan yang sedang dia lihat melalui jendela, sampai akhirnya tidak ada lagi yang terlihat selain langit-langit dan awan. Aku pun berniat untuk mendengarkan musik dan membaca buku. Namun....

"Aku suka banget sama pulau ini"

Yaps, tiba-tiba pria yang duduk di samping jendela itu bersuara, aku tidak tahu apakah dia sedang melakukan monolog atau sedang mencoba membuka percakapan denganku. Namun, karena aku orang yang baik hati dan tidak sombong, akhirnya aku membalas ucapannya.

"Saya juga suka banget pulau ini,mas. Banyak proses menjadi dewasa yang saya lewatin di sini." Ucapku

"Iya, aku juga. Banyak kenangan yang ada di sini. Dan kamu tahu? setiap aku melihat Tol Bali Mandara, rasanya otakku seperti dipaksa mengingat begitu banyak hal tentang seorang wanita."

"Alhamdulillah mas masih perempuan yang diinget hehehe", ujarku mencoba untuk melucu dan mencairkan suasana yang perlahan menjadi sendu. Mendengar leluconku, dia hanya tersenyum sejenak, kemudian kembali menatap menerawang keluar jendela. Karena merasa bersalah merusak suasananya untuk bercerita, akhirnya aku berinisiatif untuk bertanya.

"Memangnya kenapa,mas?" tanyaku.

Dia merenung sejenak, kemudian dia mulai bercerita.

*Story start with point of view from that man*

Aku sudah tinggal di sini sejak lahir. Sejak itu pula aku memiliki berbagai macam cerita dengan banyak wanita. Namun, ada satu wanita yang tidak pernah mampu aku buat pergi semenjak ia datang dalam kehidupanku, wanita itu seringkali datang menghantui hati dan pikiranku. Bahkan hingga saat ini aku bercerita padamu.

Dia adalah seorang wanita yang sederhana, cantik, pemalas namun menggemaskan, serta memiliki senyuman manis yang tanpa sadar akan membuatmu tersenyum pula saat melihatnya. Aku mengenalnya karena sebuah kebetulan yang aneh. Sebenarnya, aku sudah mengaguminya sejak lama. Namun aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mencoba mengajaknya berkenalan, apalah artinya pria sepertiku untuk wanita sepertinya. Namun, tanpa disangka aku bertemu dengannya saat sedang berjalan-jalan dengan temanku. Beruntungnya, temanku ternyata mengenalnya. Mereka saling bertegur sapa dan berbincang-bincang sejenak. Setelah itu, aku pun memberanikan diri untuk bertanya tentang wanita itu kepada temanku, tidak lupa juga meminta kontak wanita itu. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk menghubungi wanita itu melalui perantara temannya. 

Setelah mencoba mendekatinya selama beberapa bulan, akhirnya kami pun resmi menjadi pasangan. Layaknya pasangan pada umumnya, hubungan kami penuh dengan pasang surut, bahagia dan pertengkaran. Namun, kami bisa melalui setiap hal itu satu demi satu. Sehingga, setiap masalah yang kami selesaikan, mengendap menjadi pondasi penguat untuk hubungan kami. 

Cukup lama kami mengukir cerita yang indah bersama, mungkin sekitar 3 tahun. Dan masalah terberat sepertinya memang datang di tahun terakhir. Seperti yang kita semua mungkin tahu, sebagai manusia kita tak akan pernah mampu melawan kuasa tuhan serta kaki tangan-Nya yaitu ruang dan waktu. Setiap momen dan waktu yang berjalan dalam kehidupan kami, akhirnya perlahan-lahan mengubah masing-masing dari kami menjadi pribadi yang baru dan berbeda. Banyak pertengkaran baik yang penting maupun tidak penting terjadi di tahun ketiga ini. Hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk berpisah.

*The story back to my point of view*

Aku melihat pria itu terdiam cukup lama sembari menatap keluar jendela. Karena bingung dengan ceritanya yang serasa menggantung, aku pun memberanikan diriku untuk bertanya,

"Lalu, apa hubungannya sama jalan tol,mas?" Tanyaku.

"Ah maaf, aku nggak fokus jadinya bengong. Hehehehe. Sepanjang jalan itu menjadi saksi perjalanan terakhir kami sebagai seorang pasangan. Saksi bisu dimana seorang pria tak mampu lagi membendung air matanya yang mengalir dengan deras karena ketulusannya terhadap seorang wanita. Selama berpacaran, kami juga sering melalui jalan itu untuk berjalan-jalan, melakukan obrolan-obrolan atau tindakan yang konyol, meskipun tindakan konyolnya cuma aku aja wkwkwk. Jadi sampai sekarang, kalau melewati jalan itu aku masih suka teringat kembali semua memorinya wkwkwk. Mungkin bukan jalan itu saja, tapi banyak sekali tempat yang tanpa sadar seringkali membuat pikiranku memutar memori kenangan tentang wanita itu. Bahkan tanpa mendatangi tempat itu, aku sering juga teringat bagaimana ketika ia tersenyum, ketika ia cemberut karena marah kepadaku, ketika ia menjadi manja karena menginginkan sesuatu." Ungkapnya sembari tersenyum tipis dan sedikit memandangi langit di luar jendela.


Copyright : Maria Infiniferro

"Wah, masnya masih suka dia ya?" Tanyaku.

Pria itu kembali merenung dan menatap keluar jendela sebelum menjawab pertanyaanku,

"Masih suka ya? Hmmm... Mungkin nggak ya, karena setelah perpisahan kami pun kami masih sering bertemu satu sama lain. Meskipun, perlahan intensitasnya semakin berkurang. Namun, ketika terakhir kali aku bertemu dengannya, aku merasa semua tidak terasa sama lagi seperti dulu, mungkin karena memang masing-masing dari kami sekarang sudah menjadi orang yang berbeda dari kami yang sebelumnya. Tapi, aku juga nggak bisa jawab dengan pasti apa dia masih di hatiku atau nggak." Jawabnya sembari tersenyum tipis.

"Sekarang udah nggak pernah hubungin atau ngajak ketemu lagi,mas?" Tanyaku lagi karena terbawa suasana ceritanya dan juga rasa ingin tahuku.

"Nggak, dia udah punya cerita baru lagi, hehehe. Aku nggak tau cerita barunya dia gimana, cuma aku selalu berharap dia bahagia sama itu, melebihi cerita bahagia yang pernah kita tulis sama-sama." Saat menjawab pertanyaanku ini, dia memang mencoba tersenyum. Namun, aku masih sedikit melihat raut-raut sendu di wajahnya, serta ketulusan akan doa yang dia ucapkan dari sorot matanya.

"Kalau kamu sendiri gimana nih? Jangan-jangan sengaja kabur keluar buat ngelupain mantan. Hahahaha." Tebaknya asal-asalan kepadaku.

Aku yang sedikit tergagap karena tebakannya bisa dibilang beberapa persen benar.

"Eh, nggak juga mas hehehe." Jawabku berbohong. Meski aku tahu, ekspresiku tak akan mampu  untuk berbohong.

"Hahaha kayaknya ada yang ngalamin hal sama nih." Kata pria itu kepadaku sembari tertawa.

"Perjalananmu masih panjang, banyak hal yang lebih berat yang bakal kamu hadapin di depan, kamu harus kuat ya. Karena seberat apapun, aku yakin kamu bisa baik-baik aja. Jangan pernah memaksakan diri untuk melupakan, tapi seenggaknya belajarlah untuk mengikhlaskan. Karena setiap hal terjadi pasti ada maksud dan tujuannya. Mungkin kamu memang perlu ini untuk jadi orang yang lebih baik." Lanjutnya tiba-tiba sembari tersenyum tipis.

Mendengar nasihat yang dia ucapkan aku sempat tertegun sejenak sebelum berhasil mendapatkan kesadaranku dan membalas kalimatnya.

"Hahaha, makasi mas sarannya. Mungkin next time kita bisa sharing cerita lagi."

"Yaps, for sure." Jawabnya

Begitulah cerita dari pria yang tidak sengaja aku temui di pesawat kala itu. Sebenarnya, aku sudah meminta izin kepadanya untukh menuliskan cerita ini di blog. Dia merasa excited sekali saat mendengar tawaranku, dan dengan senang hati mengizinkannya. Namun, karena kesibukan di Bogor dan beberapa hal lain. Aku lupa untuk menuliskannya dan baru teringat kembali sekarang wkwkwk.

Sampai saat ini entah mengapa setiap orang selalu menggaungkan tentang move on dan melupakan ketika sebuah kisah cinta menemui akhirnya. Padahal ya aneh saja, bagaimana kamu bisa melupakan seseorang yang sebelumnya pernah berkali-kali menjadi alasan dari setiap lengkung senyumanmu.

Menurutku, pada akhirnya setiap kisah cinta akan selalu berakhir tentang mengikhlaskan sebuah perpisahan. Entah itu dipisahkan oleh cerita yang lain, ruang, atau pun perpisahan abadi bersama waktu. Karena ketika kita telah ikhlas, setidaknya kita bisa seperti pria yang aku temui di pesawat. Mengingat segalanya dengan senyuman.

Jujur, aku tidak tau apa sekarang pria itu sudah baik-baik saja, bagaimana kabarnya, apakah dia masih sesekali teringat wanita itu? Karena setelah turun kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing dan lupa untuk sekedar bertukar kontak seperti janji sebelumnya di pesawat untuk bertukar cerita kembali jika ada kesempatan. Yahhh... Aku harap dia baik-baik saja dan berhasil menyembuhkan hatinya. Lalu, mendapatkan kepingan hati yang baru lagi agar bisa menuliskan cerita indah dan sendu yang lainnya. How about my story? Well.... It keeps continue, maybe in the next posting hahaha. See you.




Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

Judul: Pria di Pesawat dan Tol Bali Mandara; Ditulis oleh anginsepoi; Rating Blog: 5 dari 5

6 komentar:

  1. Memang sangat sulit sekali ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa kita harus mengikhlaskan orang yang sudah cukup lama berada dikehidupan kita. Hmm well tapi hidup harus terus berjalan, dan yaa pelan2 kita harus belajar kesalahan dari masa lalu untuk mengukir masa depan yang lebih baik:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. i really felt that:((((

      Hapus
    2. ngerasa yang mana nih? wkwk

      Hapus
    3. ini dah tulisanmu, relate wkwkwkwkwk

      Hapus
    4. ditunggu tulisan selanjutnya wkwkwk

      Hapus