Sabtu, 23 Oktober 2021

Tergelincir Hati - Prologue

Halo, readers! Has been a while since i touch my keyboard to write something here. Iya, belakangan ini aku cukup sibuk, lalu pikiran dan ragaku benar-benar tersita untuk urusan project. Jadi nggak sempat mikirin ide untuk nulis atau pun menyempatkan waktu untuk sekedar menulis hal-hal yang ringan. Karena sekarang sudah jadi lebih ringan lagi, aku kebetulan punya ide tulisan, yang seperti biasa menceritakan tentang pengalamanku sendiri.

Seperti yang kalian tahu, sudah cukup lama aku mengalami mati rasa dan tidak terjatuh sepenuhnya untuk wanita manapun. Hingga akhirnya, beberapa bulan lalu aku akhirnya terjatuh untuk seorang wanita. Seperti yang pernah aku ceritakan dalam postingan sebelumnya, aku terjatuh tanpa ia sedikit pun berusaha. Kali ini aku berniat menuangkan cerita ini ke dalam tulisan.

Tulisan ini sebenarnya sudah aku buat sejak beberapa hari lalu. Namun, memang dasarnya aku pemalas, padahal tinggal copas aja tapi tetap malas untuk mempersiapkan postingannya. Selamat membaca and hope you like it!

  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 



Sampai saat ini, aku merasa bahwa masih banyak perkara hati manusia yang tetap tersimpan sebagai misteri. Bagaimana seseorang bisa merasa jatuh hati, kriteria apa yang membuat seseorang jatuh hati, dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan lainnya mengenai jatuh hati. Setiap orang pasti memiliki kriteria yang ia inginkan mengenai orang seperti apa yang ia harap sebagai tempat hatinya terjatuh. Namun, terkadang ada beberapa situasi dimana akhirnya kamu jatuh hati tanpa sedikitpun bisa kamu sadari dan cegah. Karena ketika tersadar, yang kamu tahu hanyalah kamu telah terjatuh begitu dalam, entah sejak kapan. Dibandingkan menyebut fenomena ini dengan jatuh hati, aku lebih suka menyebutnya dengan Hati yang Tergelincir, karena rasanya seperti sebuah ketidaksengajaan.

Pada cerita yang akan aku tulis kali ini, aku ingin mengungkapkan bagaimana hatiku tergelincir pada seorang wanita yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Jika sampai sekarang kalian tanya bagaimana hatiku bisa jatuh padanya, aku pun tak akan bisa menjawabnya. Satu hal yang aku tahu, ketika sadar, aku telah jatuh begitu dalam untuknya.

Untuk membuka cerita ini, mungkin bisa aku mulai dengan menceritakan bagaimana kami bertemu untuk pertama kali.

Seingatku saat itu tahun 2018, bertepatan dengan jadwal aku melaksanakan kegiatan KKN sebagai mahasiswa semester 6. Aku melaksanakan KKN di Desa Busungbiu, Buleleng. Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih desa tersebut. Aku hanya mengikuti pilihan sahabat lamaku Ojan dengan hasil survey daerah yang dekat dengan masjid, sehingga akan lebih mudah bagi kami untuk melaksanakan shalat Jumat.

KKN berlangsung selama sebulan, terhitung dari akhir Juli sampai akhir Agustus. Pada tahun 2018, Hari Raya Idul Adha jatuh pada bulan Agustus. Biasanya, ketika ada hari raya, aku dan keluargaku pasti akan pulang ke kampung tempat asal Mamaku di Desa Pegayaman, Buleleng. Karena kebetulan lokasi KKNku masih di Buleleng juga, aku pun memutuskan untuk berangkat ke kampungku H-1 sebelum hari raya.

Singkat cerita, setelah kami melaksanakan Shalat Ied, kami berencana untuk kembali ke rumah salah satu keluargaku yang tinggal di Singaraja untuk makan bersama. Saat di parkiran mobil, ternyata tanteku bertemu dengan temannya yang aku jelas tidak kenal, cukup lama mereka berbincang, akhirnya teman tanteku memutuskan untuk ikut dengan kami ke rumah salah satu keluargaku yg di Singaraja.

Sesampai di rumah keluargaku aku memilih berfoto dengan saudara-saudara yang lain karena kebetulan saat itu aku sedang membawa kamera. Pada waktu itu, aku sempat mengambil foto saudaraku yang bernama Ifa dengan salah seorang anak dari teman tanteku itu. Mereka terlihat akrab, mungkin memang sering bermain bersama karena mamanya berteman dekat. Itu adalah pertama kali aku melihat wanita yang akan menjadi pusat utama berjalannya cerita ini.

Kesan pertama aku melihatnya… Well she looks nice, but I don’t have any interest on her. Hanya ada 1 alasan, saat itu aku masih cukup dekat dengan mantan pacarku, simplenya kita katakan saja belum move on. Bahkan, saat itu aku sudah merencanakan untuk menelponnya pada tengah malam dan mengucapkan selamat ulang tahun 5 hari lagi. Jadi aku belum tertarik dengan orang baru, even if she looks nice.

Ketika di Singaraja, kami tidak sedikit pun berkomunikasi kecuali saat aku mengambil fotonya bersama Ifa. Setelah semua kegiatan keluargaku selesai, kami memutuskan untuk kembali ke Desa Pegayaman, agar bisa menyaksikan prosesi pemotongan hewan kurban. Saat ini keluarga dari teman tanteku ternyata ikut lagi. Dan saat itulah aku sempat berbicara dengan teman tanteku yang mana Mami dari perempuan ini. Aku memang terbiasa suka bernyanyi-nyanyi seenaknya, kemudian teman tanteku mengomentari nyanyianku,

“Suaranya bagus lo! Anak tante yang pertama Marsha itu suka nyanyi juga, ambil les nyanyi juga,” Ujar Teman tanteku

“Oh iya makasi tante, kalau Saya cuma suka asal-asalan aja kalo bosen hahaha.” Ngomongnya masih pake Saya soalnya belum ngerasa kenal wkwkwk.

“Kuliah di mana?” Tanyanya lagi

“Di Udayana,tante. Ambil Teknik Mesin, sekarang alhamdulillah udah semester akhir, ini lagi KKN.”

“Oh sekarang lagi KKN? Habis ini balik lagi ke tempat KKN?” Tanyanya kembali.

“Iya tante, rencananya gitu, saya pamit ke atas dulu ya tante.”

“Oh iya”

Saat itu aku hanya kebanyakan tersenyum saja dan menjawab atas bentuk kesopanan. Setelah pamit untuk pergi ke atas, aku menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan Ojan. Menurutku, proses pemotongan kambing di bawah tidak menarik untuk disaksikan, mengingat dari kecil aku selalu melihat proses itu setiap hari Idul Adha, karena berkurban dan melaksanakan pemotongannya di rumah induk kami juga merupakan sebuah tradisi di keluargaku dari Mama.

Ketika aku sedang keluar kamar dan duduk-duduk di balkon, saat itulah pertama kalinya ia berbicara denganku. Aku lupa apa yang pertama kali kami bicarakan, namun aku ingat kalau salah satu dari topik pembicaraan kami membahas mengenai selera musik masing-masing. Bukan percakapan yang panjang, hanya sekedar basa-basi sederhana menurutku. Karena aku pikir pembawaannya juga cukup ramah, seharusnya itu bukanlah hal yang spesial.

Itu adalah cerita sederhana tentang bagaimana kami bisa bertemu pertama kali dan titik awal dari beberapa cerita menyebalkan namun ajaib selanjutnya hahaha. Cukup lucu, mengingat kami bertemu karena adiknya yang paling kecil saat itu berteman dengan sepupuku. Jadi, Ibu mereka berdua pun berteman dengan dekat. Sampai waktu akhirnya hatiku terjatuh, menghabiskan waktu yang cukup lama. Tapi akan aku coba ceritakan pelan-pelan di bagian-bagian selanjutnya. See you in the next posting!

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

Judul: Tergelincir Hati - Prologue; Ditulis oleh anginsepoi; Rating Blog: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar