Senin, 23 Januari 2023

Menonton Ranah 3 Warna

  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 


Source : Website Lembaga Sensor Film Indonesia

Hai, semuanya!!!! It really a long time isn't it? Mohon maaf karena belakangan ini mungkin nggak pernah muncul lagi dengan tulisan-tulisan baru yang entah menyenangkan atau menyebalkan untuk dibaca. Banyaknya kesibukan dan tidak adanya mood menulis menjadi alasan utama sih. Tapi, hari ini kebetulan lagi libur dan agak santai juga, ditambah juga kemarin malam aku baru saja menonton sebuah film yang menjadi inspirasiku untuk membuat tulisan ini.

Well, jadi ceritanya kemarin akhirnya aku menonton film Ranah 3 Warna setelah sekian lama aku mencari cara untuk menontonnya, akhirnya aku menemukannya di salah satu platform streaming film-film yang namanya tidak perlu aku sebut karena aku tidak dibayar untuk promosi. Film ini merupakan sebuah film yang diangkat dari novel trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Aku memiliki ketiga buku dari trilogi ini, dan menurutku ketiganya sangat bagus untuk dibaca. Setelah sempat kecewa ketika menonton film Negeri 5 Menara yang menurutku kurang berkesan. Potongan-potongan scene film Ranah 3 Warna yang sebelumnya berseliweran di Tiktok akhirnya menggugah rasa penasaranku untuk pergi menontonnya.

Saat itu aku berencana untuk menonton film itu dengan pacarku, tapi sayangnya saat aku akan pergi menontonnya, ternyata film itu sudah tidak tayang lagi di bioskop di Bali. Hahhh.... Yasudahlah pikirku, mungkin bisa menontonnya online nanti. Dan akhirnya aku mendapatkan kesempatan itu setelah sekian lama wkwkwkwk.

Singkatnya, film ini menceritakan tentang kisah seorang anak bernama Alif Fikri. Diceritakan, Ia adalah seorang anak yang berasal dari desa kecil di dekat Danau Maninjau, Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Meskipun sebelumnya ia menempuh pendidikan sebagai santri di Pondok Madani, Jawa Timur. Namun, Ia  memiliki cita-cita besar untuk bisa berkuliah dan menuntut ilmu hingga sampai ke Amerika. Apalagi jika mengingat salah seorang sahabat kecilnya yang sejak awal menempuh bangku pendidikan formal secara umum dan akhirnya menjadi mahasiswa di ITB, Randai. Ketika sedang bermain bersama, Randai seringkali mengolok-olok Alif dan mencoba untuk mengerdilkan ambisinya dengan mengatakan

"Kamu hanya berasal dari Pondok, mana mungkin bisa berkuliah sampai ke Amerika, sudahlah kamu mengajar Agama saja di sini."

Meskipun berulang kali mendengar cemoohan dari Randai, api semangat dalam hati Alif tidak pernah padam. Malahan, api itu membakar lebih hebat lagi, membuat ia lebih semangat belajar untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Singkat cerita, ia berhasil menjadi seorang mahasiswa di UNPAD dan perjalanannya untuk menginjak tanah Amerika pun dimulai.

Sangat berbeda dengan ketika menonton film Negeri 5 Menara, kali ini film Ranah 3 Warna digarap dengan baik dan aku yakin pesan dari film ini bisa disampaikan dengan baik. 

Pada bagian pertama film, kita masih berkutat dengan mantera yang sama dengan cerita pada Negeri 5 Menara, 

"Man Jadda Wajada, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil"

Pada bagian ini, diceritakan bagaimana Alif sungguh-sungguh berusaha untuk belajar agar bisa diterima di perguruan tinggi dan program studi yang Ia inginkan. Kemudian setelah tesnya usai, di perjalanan pulang Alif diajari mengendarai motor oleh ayahnya. Meskipun awalnya Ia terjatuh, namun Ia tidak menyerah, Ayahnya pun tetap menyemangatinya bahwa Ia pasti bisa melakukannya. 

Tiba akhirnya pada hari diumumkannya hasil kelulusan dari tes UMPTN (dulu namanya kayak gini ya, maklum kan latar tahun jadul,guys). Alif dan Ayahnya menunggu kedatangan penjual koran di salah satu jalan besar di dekat desanya. Penantian mereka berbuah manis, akhirnya mereka melihat nama Alif terpampang di koran dan dinyatakan lulus.

Aku cukup terkesan dengan scene ini, karena menarik kenanganku kembali ke beberapa hal yang telah berhasil aku lewati selama hidup di dunia ini. Aku juga dulunya sempat merasakan bagaimana rasanya deg-degan menunggu pengumuman seleksi masuk ke Perguruan Tinggi, menunggu pengumuman hasil rekrutmen pekerjaan, hingga akhirnya aku teringat Mamaku pernah berkata.

"Dan, Mama sama Papa selalu bangga sama Wildan."

Kembalinya kenangan itu rasanya seperti menggedor kantong air mataku untuk terbuka. Tapi, sebagai lelaki kuat aku masih mampu mengatasinya.

Pada scene itu juga kita diperkenalkan pertama kali dengan mantera yang akan selanjutnya sering kita lihat dalam film ini,

"Man Shabara Zhafira, Siapa yang sabar akan beruntung"

Yaps, mantera kedua yang akan menjadi jiwa dari film ini.

Berkali-kali Alif dihempaskan jatuh oleh berbagai masalah yang terjadi dalam hidupnya. Selama itu, ia selalu berpegang teguh dengan mantera ini, Man Shabara Zhafira. Hingga pada akhirnya, ada dua kejadian yang membuatnya hampir menyerah pada mantera ini. Karena ia merasa, ia sudah cukup sabar. Tapi, kenapa rasanya tidak ada satu pun hal baik yang menghampirinya. Hingga mendekati klimaks cerita, kita diajarkan sebuah konsep tentang bersabar secara aktif.

Konsep bersabar secara aktif ini menurutku cukup menohok. Dimana seringkali kita temui, atau mungkin diri kita sendiri merasa kita sudah selalu bersabar, dan mengatakan sudah cukup saya bersabar hanya karena saat itu kita sekedar menanti dan menerima tanpa melakukan usaha yang lebih untuk mengubah situasi yang sedang kita jalani.

Di sini kita kembali bertemu dengan 3 pilar penting yang harus dimiliki manusia dalam hidupnya, Ikhtiar, Tawakal, dan Ikhlas. Dimana bersabar dengan benar adalah perpaduan dari ketiga pilar penting ini. Di mana kita ikhlas menerima kondisi yang sedang kita jalani, kemudian kita berikhtiar untuk bisa mengubahnya, dan terakhir bertawakal terhadap kelanjutan cerita yang akan kita alami. Karena masa depan merupakan kuasa-Nya yang tak sedikitpun bisa kita singkap ceritanya. 

Jika ketiga konsep tersebut sudah mampu kita aplikasikan dalam hidup, mungkin tidak ada lagi yang namanya batas kesabaran yang habis. Yang ada hanya ikhlas menerima yang terjadi, kemudian berusaha dan bertawakal untuk membuat semua menjadi lebih baik.

Sebagai penutup cerita, akhirnya Alif dan kawan-kawannya pun lulus kuliah. Saat wisuda, teman-temannya mendesak Alif untuk menyampaikan perasaan yang Ia rasakan selama ini kepada seorang gadis bernama Raisa. Sebenarnya sepanjang cerita, kita menyaksikan adegan bikin greget dimana Alif berkali-kali mencoba untuk menyampaikan perasaannya pada Raisa, namun selalu saja ada hal yang datang mengganggu dan mengurungkan hal itu terjadi. Namun, kali ini ia memiliki kesempatan terakhir.

Teman-temannya menyemangati Alif untuk meminta waktu pada Raisa terkait hal ini, Man Jadda Wajada, salah satu mantera kunci kembali terucap dari mulut salah seorang sahabatnya, sehingga membuat Alif semakin yakin untuk maju.

Namun, sangat disayangkan bagi Alif, ketika ia hendak menyampaikan apa yang selama ini ia rasakan, ia melihat sebuah cincin berada di jari manis Raisa, yang nantinya terbongkar bahwa Raisa telah bertunangan dengan seseorang dan akan segera menikah. Di sini Alif kembali merasa hatinya sangat hancur.

Dan terakhir kalinya dalam film ini, kita akan melihat Alif mengutuk mantera Man Shabara Zhafira. Ia merasa selama ini ia sudah cukup bersabar, namun Ia tidak mendapatkan apapun yang Ia inginkan.

Tiba-tiba saja kita akan dibuat terkejut dengan salah seorang temannya yang marah mendengar protes Alif dan kemudian menceramahi Alif tentang bersyukur. 

Aku sangat suka bagaimana diselipkan salah seorang temannya menyampaikan kalimat Man Jadda Wajada sebelum Alif maju menyampaikan perasaannya dan ternyata Ia gagal. Padahal katanya arti kalimat Man Jadda Wajada adalah Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Nyatanya tidak pada Alif. Di sini kita diajarkan bahwa terkadang keberhasilan itu bukan tentang apa yang kita inginkan, tapi tentang mendapatkan apa yang menurut Allah SWT terbaik bagi kita berdasarkan semua usaha yang telah kita lakukan. Namun, jika kita berpikir sederhana, paling tidak Alif berhasil menyampaikan perasaannya.

Lalu selanjutnya bersyukur, sebuah hal yang tepat untuk disampaikan sebagai penutup cerita sebuah film yang sepenuhnya menyampaikan pesan tentang bersabar. Karena, setelah semua hal yang telah kita lakukan, penutup terbaik adalah bersyukur akan segala hal yang telah kita terima dan lalui. Entah itu baik atau pun buruk. Karena di sini sekali lagi kita perlu mengingat, bahwa apa yang kita ketahui itu terbatas, baik untuk kita, belum tentu baik menurut Allah SWT. Konsep singkat mengenai ini bisa teman-teman baca di tulisanku ini

Bersabar dan Bersyukur. 

Seperti salah satu hadits Rasulullah Muhammad SAW berikut,

"Sesungguhnya setiap urusan mereka adalah kebaikan. Hal ini tidak terjadi kepada seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Apabila ia mendapat kebahagiaan, maka ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan apabila ia mendapatkan keburukan, maka ia bersabar, dan itu pun baik baginya (HR. Muslim no. 2999)."

Menurutku, trilogi ini merupakan serial yang sangat baik untuk teman-teman baca dan khusus untuk film ini ditonton. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil berupa hal-hal kecil dan sederhana, namun sangat bermakna jika kita bisa mengaitkannya dengan baik dalam hidup kita. Aku ingat ada sebuah kejadian lucu disampaikan di cerita Negeri 5 Menara tentang implementasi ikhlas. Salah seorang teman Alif mengutarakan bahwa Ia sudah lelah belajar, Ia akan tidur sekarang karena merasa sangat mengantuk, Ia ikhlas jika dimarahi oleh gurunya karena tertidur hahahaha. 

Terkesan sederhana dan nyeleneh, tapi tidak salah. Konsep sederhana dalam menyampaikan berbagai nilai-nilai yang seringkali dirasa kompleks dan rumit dalam hidup.

Aku tidak tahu untuk teman-teman yang lain. Tapi bagiku setiap saat mendengar mantera-mantera yang disampaikan dalam trilogi ini, rasanya hatiku selalu bergetar. Seolah-olah mantera itu benar-benar memiliki kekuatan magis untuk menggerakkan hati orang yang mendengar atau mengucapkannya. Aku benar-benar merekomendasikan trilogi ini untuk teman-teman tonton dan baca paling tidak sebagai hiburan, tapi aku berharap semoga bisa juga menjadi manfaat bagi teman-teman semua, aamiin.

Well, that's all for today, see you in the next posting!

Read More >>
Senin, 14 Februari 2022

A Story of "Cinta Jangan Kau Pergi"

  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 


Kusadari kesalahan ini
Yang membuat segalanya, gelap jadinya
Oh kasihku... Kuharap kau mau
Memaafkan, menerima, pengakuanku...

Jangan kau diam lagi
Ku tak sanggup menahan
Bicaralah kau sayang
Jiwa ini tak tenang

Cinta jangan kau pergi
Tinggalkan diriku sendiri
Cinta jangan kau lari
Apalah arti, hidup ini, tanpa cinta dan kasih... sayang.

Sesuai yang kalian telah lihat, video dan lirik di atas berasal dari lagu yang berjudul Cinta Jangan Kau Pergi. Setahuku, ada penyanyi jaman dulu yang menyanyikannya, kemudian dinyanyikan kembali oleh Vidi Aldiano. Kali ini, aku bukannya mau membahas lebih jauh sejarah mengenai lagu tersebut. Melainkan, aku ingin membahas bagaimana lagu itu benar-benar menjadi sangat penting untukku belakangan ini.

Untuk yang selalu setia mengikuti setiap tulisanku, pastinya akan tahu bagaimana aku sebelumnya kesulitan menghadapi situasi di mana aku mati rasa. Yaps, lumayan lama, sekitar 3 tahun aku benar-benar mati rasa hingga akhirnya hatiku bisa kembali luluh dan merasakan kehangatan akan sayang dan cinta. Mati rasa sebenarnya bukanlah hal yang spesial, aku yakin banyak orang yang pernah merasakannya ketika mereka merasa hatinya benar-benar sakit dikarenakan suatu hal. Maka hatinya akan menjadi mati rasa sebagai upaya perlindungan diri.

Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan sakit hati, pikirku toh nanti akan sembuh kembali. Tapi ternyata kali ini aku menghadapi hal yang berbeda wkwkwk. Yaps, memang terasa lebih sakit dari yang biasanya, tapi sialnya ternyata tetap saja tidak menjadi lebih baik bahkan setelah aku ungkapkan dan satu hari juga terlewati wkwkwk. Kembali lagi aku jatuh dalam kesombonganku yang berpikir nantinya semua akan baik-baik saja seperti biasanya.

Bahkan kali ini, aku mulai merasa sedikit mati rasa karena sakitnya wkwkwk. Hingga akhirnya, aku sedang dalam perjalanan dengan motor kesayanganku, kemudian, lagu itu tidak sengaja terputar dari playlist spotifyku. Lagu itu seolah memancingku untuk tenggelam dalam dialog dengan diriku sendiri. Kemudian merasa, seolah-olah lagu itu bisa mencegah dan menghidupkan kembali hatiku yang telah sedikit mati sebelumnya.

Jika dibaca liriknya, mungkin bisa kita katakan lagu ini bercerita tentang seseorang yang telah melakukan kesalahan, sehingga kekasihnya merasa sakit akibat kesalahan itu. Mungkin saja, hal itu benar-benar melukai kekasihnya dengan sangat dalam, sehingga Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan orang ini. Melalui lagu ini, orang tersebut berusaha untuk mengakui ketidakberdayaannya dan menahan agar kekasihnya tidak pergi dan meninggalkan ia sendiri dalam kesepian dan kesengsaraan karena rasa bersalah.

Namun, entah kenapa ketika saat itu aku mendengarkannya, lagu ini seolah-olah memancingku untuk berdialog dengan diriku sendiri, lebih tepatnya dengan hatiku sendiri.

Kusadari kesalahan ini
Yang membuat segalanya, gelap jadinya
Oh kasihku... Kuharap kau mau
Memaafkan, menerima, pengakuanku...

Yaps, aku menyadari kesalahan yang telah aku perbuat :) Aku merasa, aku telah menyepelekan apa yang hatiku sendiri rasakan wkwkwkwk. Aku mengakui kebodohanku yang telah tanpa sadar membuatnya terluka karena kebodohanku sendiri. Bersikap seolah-olah aku seseorang yang sangat kuat menahan serangan apapun kepada hatiku. 

Jangan kau diam lagi
Ku tak sanggup menahan
Bicaralah kau sayang
Jiwa ini tak tenang

Seperti yang telah aku ungkapkan di atas, saat itu aku sudah merasa bahwa hatiku sedikit mati rasa, sedangkan sisanya masih menahan sakit tersebut. Selayaknya lirik terakhir pada bait tersebut, aku benar-benar merasa jiwaku tak tenang karena kondisi yang sedang dialami oleh hatiku. Aku bahkan benar-benar tak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki semuanya. Aku pun tahu, tidak seharusnya aku tetap berada di kondisi seperti ini.

Cinta jangan kau pergi
Tinggalkan diriku sendiri
Cinta jangan kau lari
Apalah arti, hidup ini, tanpa cinta dan kasih... sayang.

Aku merasa sedang berbicara dengan perasaan yang bersemayam di dalam hatiku. Cinta, hadir selayaknya cahaya yang menghangatkan dan menerangi hati seorang insan. Sudah cukup lama aku merasakan mati rasa hingga akhirnya kembali merasakan kehadiran cinta tersebut karena seseorang. Aku tidak ingin jika kembali ditinggalkan oleh rasa itu, hingga hatiku kembali menjadi dingin, gelap, dan mati sepenuhnya. Aku merasakan, bagaimana aku sesungguhnya memerlukan rasa cinta dan kasih sayang untuk menerangi dan menghangatkan hatiku. Aku tahu aku akan jadi tak berdaya ia kembali pergi lagi, aku tidak ingin seseorang yang hatiku tahu sangat berharga untukku pada akhirnya pergi karena sakit hati yang telah aku rasakan.

Terjadinya diskusi mendalam pada diriku ketika mendengarkan lagu ini, entah kalian percaya atau tidak, membuatku hanya mengulang-ulang lagu ini sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya aku merasa bagian hatiku yang sebelumnya telah menjadi gelap, kembali terang, dan hangat seperti sebelumnya. Namun tidak bisa dipungkiri, rasa sakit itu masih tetap ada dan tak berkurang sedikitpun. Tetapi setidaknya rasa cinta dan sayang itu masih tetap ada di sana dan tidak pergi.

Beberapa lama sudah terlalui, aku pikir semuanya menjadi lebih baik wkwkwkwk. Ternyata tidak ada yang sedikitpun berubah. Terutama ketika pagi saat aku baru tersadar dari tidur atau sore hari saat aku tidak melakukan apa-apa, entah kenapa seolah-olah rasa sakit itu selalu kembali dan menghantuiku. Hingga akhirnya, lagu itu seolah menjadi candu yang selalu aku dengarkan berulang setiap hari. Hahhh... Aku pun tak tahu kapan pada akhirnya aku bisa menganggap lagu itu sekadar karya seni untuk dinikmati lagi. Mudah-mudahan secepatnya :)



Read More >>
Sabtu, 12 Februari 2022

Cerita Tentang Hati dan Meruntuhkan Keakuanku


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 

Aku masih ingat saat itu aku sedang membahas suatu hal yang cukup serius dengan Omku, aku sering berdiskusi dengannya tentang beberapa hal sebagai pertimbangan bagiku menentukan sesuatu. Ketika tiba aku berbicara tentang satu topik, Omku tiba-tiba mengatakan,

"Dan, kamu kurang bersyukur."

Aku tak mampu membalas perkataannya, aku hanya terdiam menatapnya karena kalimatku dipotong dengan mengejutkan. Selain itu, aku juga menunggu kalimat selanjutnya yang akan ia sampaikan. Karena bagiku, selama ini aku cukup bersyukur dengan beberapa hal yang sudah Allah SWT berikan kepadaku. Jadi, aku mencoba menggali seluruh isi kepalaku untuk menemukan dimana celah yang aku miliki. Omku juga terlihat seperti memberiku kesempatan untuk itu, hingga akhirnya ia kembali membuka suara dan membongkarnya.

"Dari semua saudaramu, cuma kamu yang Om gak pernah sentil (singgung) sama sekali,Dan. Om masih nunggu waktu yang pas untuk nyentil kamu. Sekarang Om bilang ke kamu, kamu selalu bilangnya kamu sudah bersyukur, padahal ada satu hal yang masih kamu nggak syukuri. Kamu nggak pernah bersyukur kamu punya hati,Dan. 

Kamu terlalu sombong dengan ngerasa semua ada dalam kendalimu. Dari dulu kamu selalu bilang kan 'Nggak bakal om' atau 'Ahhh nanti aja dah Wildan urusin cewek Om gampang'. Kayak gitu aja dari dulu omongan kamu. Sekarang Allah SWT nunjukin kuasanya lewat hatimu, dihancurin semua kesombonganmu yang dulu.

Mampus kamu pusing sekarang. Hehehe."

"Sial", pikirku.

Aku tahu aku masih ingin melawan, tapi bagaimana caranya melawan orang yang mampu membaca semua tentang diriku tak peduli sedalam apapun hal itu aku sembunyikan. Aku masih mencoba menemukan kalimat pembelaan akan apa yang Omku sampaikan sebelumnya. Namun, semakin lama aku mencoba berpikir, hanya pembenaran akan kalimat itu yang aku temukan dalam diriku. Hingga omku kembali mengeluarkan suara lagi.

"Selama ini Om sudah ajarin apa? Tauhid, Tawakal, Ikhlas. Serahin semua sama Allah SWT, kamu mau ngapain aja ya kerjain,Dan. Biar Allah SWT yang nentuin hasilnya. Kamu dari dulu selalu ngerasa bangga hatimu bisa kamu kendaliin. Sekarang dari jalur itu Allah SWT ngasih ujian ke kamu untuk bisa lebih paham lagi semua hal yang sudah kamu pelajarin.

Kalau kamu masih belum bisa menyerahkan semuanya ke Allah SWT, belum bisa mengembalikan kalau semuanya karena Allah SWT, kamu nggak bakal lulus ujian ini. Semakin kamu ngelawan, semakin kepalamu pusing. Hehehehe.

Allah SWT mau kamu belajar tentang hatimu yang sudah dikasih sama Allah SWT, Dan. Karena selama ini kamu selalu mengingkari itu. 

Kamu harus paham apa itu Cinta, apa itu Sayang. Cinta itu cuma Allah SWT yang punya, manusia nggak akan mampu. Dengan Cinta, kamu nggak bakal peduli itu baik atau buruk, makanya ada kalimat 'Cinta itu Buta'. Sama kayak Allah SWT, mau kamu ibadah, mau nggak ya tetep dikasih nafas, dikasih rezeki. Mana pernah ada cerita karena kamu nggak ibadah jadi nggak makan. Tapi, untuk Sayang, manusia masih mampu untuk punya. Sayang masih ngeliat baik dan buruk. Karena kamu sayang sama adikmu kalau dia berbuat jelek kamu kasih tahu itu nggak baik. Biar dia nggak salah.

Kalau kamu pakai Cinta buat manusia. Mampuslah kamu nanti pusing. Hahaha. Kamu nanti jadi kepala keluarga, Dan. Kamu harus bisa membimbing. Membimbing itu harus dengan rasa Sayang. Karena kamu sayang makanya kamu mau membimbing ke arah yang lebih baik.

Ini ujianmu, Dan. Ini pelajaran buat kamu."

Setelah omku menutup kalimatnya, masih butuh waktu beberapa menit hingga aku akhirnya menggapai kembali kesadaranku sepenuhnya.

"Jadi ini BAB ujiannya Wildan selanjutnya, om? Wildan harus gimana, Om?" Tanyaku.

"Renungin semua pelajaranmu yang udah lewat, Dan. Percaya sama Allah SWT, percaya sama takdir Allah SWT, percaya semuanya karena kekuasaan Allah SWT. Insyaallah kamu bisa ngelewatin semuanya kok. 

Jangan terlalu sayang sama orang, Dan. Jangan pernah tutup hatimu, kalau ada cewek yang dateng mau deketin kamu, yaudah kamu welcome aja. Jangan tahan hatimu. Kamu nggak akan pernah tau kan kedepannya gimana? Ini contohnya! Dulu kamu selalu bilang apa? Sekarang nyatanya apa?

Kamu perlu belajar ngikutin hatimu,Dan. Sisanya serahin sama Allah SWT. Kerjain semuanya karena Allah SWT"

Setelah Omku menyampaikan semua kalimat yang mungkin ia tahan selama ini, aku kembali masuk ke dalam diriku sendiri untuk berdiskusi dengan 'Aku' yang lain. Aku menemukan bahwa... Benar, aku sudah bersikap terlalu sombong, padahal aku hanyalah makhluk lemah yang tidak memiliki kuasa apapun atas diriku sendiri. Namun selama ini aku telah berani mengatakan hal-hal seperti 'i can handle it...', 'aku bisa atur nanti...', dan banyak lagi lainnya seolah-olah aku punya kuasa untuk itu, seolah-olah aku lebih hebat dari jalannya takdir.

Sampai saat ini aku masih berusaha untuk berkomunikasi dengan hati yang selama ini aku biarkan sendiri, berteman sepenuhnya dengan apa yang aku rasakan. Aku berusaha yang terbaik dalam hal ini. Namun, tetap saja. Aku tidak mampu untuk menahan bagaimana perasaan sayangku pada seorang wanita. Ia yang selama beberapa bulan belakangan ini selalu menjadi bagian dari cerita kehidupanku. Aku tahu tidak pernah bagus untuk menyayangi seseorang dengan begitu dalam. Namun, sekali lagi, semuanya ada di luar kuasaku.

Terutama tentang, 

"Jangan menutup hati untuk perempuan yang lain"

Ahhh!!! Bagiku hal itu sangat tidak mungkin untuk dilakukan! Karena aku merasa, ketika aku sudah berkomitmen dengan seorang wanita, maka wanita itu berarti sudah cukup untukku. Bagaimana bisa aku bersama dengan seseorang namun tetap mencoba peluang dengan orang yang lainnya?

Masih banyak hal yang aku harus pelajari, karena ternyata segala hal di dunia ini tidak ada yang pernah sesederhana itu. Semuanya tampak sederhana dari luar, namun ketika kita mencoba menyelaminya, ia akan berubah menjadi rumit layaknya sebuah labirin yang tak pernah memiliki jalan untuk keluar.

Belakangan ini aku suka merenungi kalimat ini,

"Laki-laki enak ya bisa milih. Perempuan cuma bisa dipilih."

Semakin aku merenung, semakin aku menemukan bahwa ini adalah sebuah paradoks. Mari kita bahas masing-masingnya.

"Laki-laki enak ya bisa milih."

Mungkin salah satu pertanyaannya adalah, 'Apakah pilihannya ada?' Karena mencari seorang pendamping tidak sesederhana asalkan dia berjenis kelamin wanita semata. Banyak hal yang masih perlu dipertimbangkan. Selain itu juga tentang rasa, apakah ada yang mampu menimbulkan resonansi dalam hati saat menatapnya? Jika tidak ada, apa yang akan kita pilih?

Namun, di sini paradoks dimulai, aku di sisi lain juga setuju mengenai kalimat di atas. Sebagai pria, kita adalah sisi yang mencoba untuk menciptakan kesempatan. Kita memiliki hak untuk berjuang sekuat tenaga kita demi mendapatkan hati wanita yang kita inginkan. Tapi tentu saja, akan ada situasi di mana kita sedikit pun tidak mendapatkan kesempatan wkwkwk. Dan ada sisi juga di mana setelah semua usaha yang telah kita berikan, kita akhirnya harus sadar bahwa kita sudah kalah.

Di sinilah mengapa jika laki-laki selingkuh atau jatuh hati lagi sudah pasti lelaki yang salah, mengapa? Karena ia yang memiliki hak untuk membuat kesempatan, dia yang memiliki kesadaran penuh dalam memanfaatkan kesempatan tersebut hingga tercipta hubungan dan rasa yang sepenuhnya baru. 

Setelah kita bahas frase yang pertama dari sisi laki-laki, sekarang kita melompat ke frase selanjutnya dari sisi perempuan.

"Perempuan cuma bisa dipilih"

Well, first! Sama seperti pembahasan di atas, selayaknya lelaki."Apakah ada yang memilih perempuan tersebut?". Jika pun memang ada, apakah ia memang orang yang hati perempuan itu inginkan? Apakah ia laki-laki yang baik untuk menjadi pemimpin dalam hidupnya dan untuk menjadi teman hidupnya? Jika jawaban keduanya tidak, sama saja hasilnya 0.

Namun di sini ada paradoks dari sisi perempuan. Perempuan memiliki wewenang dalam membuka dan menutup pintu kesempatan. Tak peduli sebanyak apa rencana yang dimiliki oleh laki-laki yang mencoba mendekatinya, jika perempuan itu telah menutup pintunya, maka tak akan menghasilkan apa-apa. Dan tak peduli sekecil apa usaha dari laki-laki tersebut, jika perempuan membiarkan kesempatan itu ada, maka bisa saja panah dari dewi cinta akan terlepas dari busurnya. Namun, ada sisi lain juga, dimana seorang perempuan sudah membuka pintu kesempatan sebesar-besarnya. Tetapi, Laki-laki ini tak mampu membaca kesempatan tersebut.

Di sinilah mengapa jika seorang perempuan selingkuh atau jatuh hati lagi sudah pasti perempuan itu yang salah, mengapa? Meskipun bisa saja ia jatuh tanpa ia sadari, tetapi sejak awal memang ia yang memutuskan untuk membiarkan kesempatan itu ada. Sehingga rasa itu bisa tumbuh dan menjadi awal dari hubungan yang baru.

Hahhhh.... Ketika berbicara tentang hati maka akan ada begitu banyak hal yang bisa diangkat sebagai pembahasan. Karena hati manusia memang diciptakan Allah SWT dengan penuh misteri, dimana hanya orang-orang yang telah Allah SWT pilih yang diberikan keistimewaan untuk mengendalikannya. Sedangkan, orang-orang biasa seperti kita ini hanya mampu mengupas permukaannya saja. Well, mungkin sekian tulisan kali ini, jika teman-teman memiliki pandangan lainnya, bisa disampaikan saja di komentar.

See you in the next posting!



Read More >>
Sabtu, 23 Oktober 2021

Tergelincir Hati - Prologue

Halo, readers! Has been a while since i touch my keyboard to write something here. Iya, belakangan ini aku cukup sibuk, lalu pikiran dan ragaku benar-benar tersita untuk urusan project. Jadi nggak sempat mikirin ide untuk nulis atau pun menyempatkan waktu untuk sekedar menulis hal-hal yang ringan. Karena sekarang sudah jadi lebih ringan lagi, aku kebetulan punya ide tulisan, yang seperti biasa menceritakan tentang pengalamanku sendiri.

Seperti yang kalian tahu, sudah cukup lama aku mengalami mati rasa dan tidak terjatuh sepenuhnya untuk wanita manapun. Hingga akhirnya, beberapa bulan lalu aku akhirnya terjatuh untuk seorang wanita. Seperti yang pernah aku ceritakan dalam postingan sebelumnya, aku terjatuh tanpa ia sedikit pun berusaha. Kali ini aku berniat menuangkan cerita ini ke dalam tulisan.

Tulisan ini sebenarnya sudah aku buat sejak beberapa hari lalu. Namun, memang dasarnya aku pemalas, padahal tinggal copas aja tapi tetap malas untuk mempersiapkan postingannya. Selamat membaca and hope you like it!

  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 



Sampai saat ini, aku merasa bahwa masih banyak perkara hati manusia yang tetap tersimpan sebagai misteri. Bagaimana seseorang bisa merasa jatuh hati, kriteria apa yang membuat seseorang jatuh hati, dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan lainnya mengenai jatuh hati. Setiap orang pasti memiliki kriteria yang ia inginkan mengenai orang seperti apa yang ia harap sebagai tempat hatinya terjatuh. Namun, terkadang ada beberapa situasi dimana akhirnya kamu jatuh hati tanpa sedikitpun bisa kamu sadari dan cegah. Karena ketika tersadar, yang kamu tahu hanyalah kamu telah terjatuh begitu dalam, entah sejak kapan. Dibandingkan menyebut fenomena ini dengan jatuh hati, aku lebih suka menyebutnya dengan Hati yang Tergelincir, karena rasanya seperti sebuah ketidaksengajaan.

Pada cerita yang akan aku tulis kali ini, aku ingin mengungkapkan bagaimana hatiku tergelincir pada seorang wanita yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Jika sampai sekarang kalian tanya bagaimana hatiku bisa jatuh padanya, aku pun tak akan bisa menjawabnya. Satu hal yang aku tahu, ketika sadar, aku telah jatuh begitu dalam untuknya.

Untuk membuka cerita ini, mungkin bisa aku mulai dengan menceritakan bagaimana kami bertemu untuk pertama kali.

Seingatku saat itu tahun 2018, bertepatan dengan jadwal aku melaksanakan kegiatan KKN sebagai mahasiswa semester 6. Aku melaksanakan KKN di Desa Busungbiu, Buleleng. Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih desa tersebut. Aku hanya mengikuti pilihan sahabat lamaku Ojan dengan hasil survey daerah yang dekat dengan masjid, sehingga akan lebih mudah bagi kami untuk melaksanakan shalat Jumat.

KKN berlangsung selama sebulan, terhitung dari akhir Juli sampai akhir Agustus. Pada tahun 2018, Hari Raya Idul Adha jatuh pada bulan Agustus. Biasanya, ketika ada hari raya, aku dan keluargaku pasti akan pulang ke kampung tempat asal Mamaku di Desa Pegayaman, Buleleng. Karena kebetulan lokasi KKNku masih di Buleleng juga, aku pun memutuskan untuk berangkat ke kampungku H-1 sebelum hari raya.

Singkat cerita, setelah kami melaksanakan Shalat Ied, kami berencana untuk kembali ke rumah salah satu keluargaku yang tinggal di Singaraja untuk makan bersama. Saat di parkiran mobil, ternyata tanteku bertemu dengan temannya yang aku jelas tidak kenal, cukup lama mereka berbincang, akhirnya teman tanteku memutuskan untuk ikut dengan kami ke rumah salah satu keluargaku yg di Singaraja.

Sesampai di rumah keluargaku aku memilih berfoto dengan saudara-saudara yang lain karena kebetulan saat itu aku sedang membawa kamera. Pada waktu itu, aku sempat mengambil foto saudaraku yang bernama Ifa dengan salah seorang anak dari teman tanteku itu. Mereka terlihat akrab, mungkin memang sering bermain bersama karena mamanya berteman dekat. Itu adalah pertama kali aku melihat wanita yang akan menjadi pusat utama berjalannya cerita ini.

Kesan pertama aku melihatnya… Well she looks nice, but I don’t have any interest on her. Hanya ada 1 alasan, saat itu aku masih cukup dekat dengan mantan pacarku, simplenya kita katakan saja belum move on. Bahkan, saat itu aku sudah merencanakan untuk menelponnya pada tengah malam dan mengucapkan selamat ulang tahun 5 hari lagi. Jadi aku belum tertarik dengan orang baru, even if she looks nice.

Ketika di Singaraja, kami tidak sedikit pun berkomunikasi kecuali saat aku mengambil fotonya bersama Ifa. Setelah semua kegiatan keluargaku selesai, kami memutuskan untuk kembali ke Desa Pegayaman, agar bisa menyaksikan prosesi pemotongan hewan kurban. Saat ini keluarga dari teman tanteku ternyata ikut lagi. Dan saat itulah aku sempat berbicara dengan teman tanteku yang mana Mami dari perempuan ini. Aku memang terbiasa suka bernyanyi-nyanyi seenaknya, kemudian teman tanteku mengomentari nyanyianku,

“Suaranya bagus lo! Anak tante yang pertama Marsha itu suka nyanyi juga, ambil les nyanyi juga,” Ujar Teman tanteku

“Oh iya makasi tante, kalau Saya cuma suka asal-asalan aja kalo bosen hahaha.” Ngomongnya masih pake Saya soalnya belum ngerasa kenal wkwkwk.

“Kuliah di mana?” Tanyanya lagi

“Di Udayana,tante. Ambil Teknik Mesin, sekarang alhamdulillah udah semester akhir, ini lagi KKN.”

“Oh sekarang lagi KKN? Habis ini balik lagi ke tempat KKN?” Tanyanya kembali.

“Iya tante, rencananya gitu, saya pamit ke atas dulu ya tante.”

“Oh iya”

Saat itu aku hanya kebanyakan tersenyum saja dan menjawab atas bentuk kesopanan. Setelah pamit untuk pergi ke atas, aku menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan Ojan. Menurutku, proses pemotongan kambing di bawah tidak menarik untuk disaksikan, mengingat dari kecil aku selalu melihat proses itu setiap hari Idul Adha, karena berkurban dan melaksanakan pemotongannya di rumah induk kami juga merupakan sebuah tradisi di keluargaku dari Mama.

Ketika aku sedang keluar kamar dan duduk-duduk di balkon, saat itulah pertama kalinya ia berbicara denganku. Aku lupa apa yang pertama kali kami bicarakan, namun aku ingat kalau salah satu dari topik pembicaraan kami membahas mengenai selera musik masing-masing. Bukan percakapan yang panjang, hanya sekedar basa-basi sederhana menurutku. Karena aku pikir pembawaannya juga cukup ramah, seharusnya itu bukanlah hal yang spesial.

Itu adalah cerita sederhana tentang bagaimana kami bisa bertemu pertama kali dan titik awal dari beberapa cerita menyebalkan namun ajaib selanjutnya hahaha. Cukup lucu, mengingat kami bertemu karena adiknya yang paling kecil saat itu berteman dengan sepupuku. Jadi, Ibu mereka berdua pun berteman dengan dekat. Sampai waktu akhirnya hatiku terjatuh, menghabiskan waktu yang cukup lama. Tapi akan aku coba ceritakan pelan-pelan di bagian-bagian selanjutnya. See you in the next posting!

Read More >>
Jumat, 23 Juli 2021

Cemburu & Api Amarahnya


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 



Hai! Gimana kabarnya kalian semua? Aku harap kalian semua baik-baik saja ya saat membaca postingan ini. Well, buatku minggu ini cukup berat dan melelahkan ya. Aku bilangnya sih a roller coaster week. Dan di penghujung minggu ini masih ada kejutan yang akan menunggu. Mudah-mudahan saja kejutan itu menyenangkan. Jadi, kali ini aku mau membahas lagi tentang gimana aku memandang beberapa hal di dunia ini. Kalau ternyata bermanfaat buat kalian ya alhamdulillah, kalau nggak ya thanks for reading this,guys!

Kali ini, pintu awal dari pembahasan ini kita bakalan ngomong tentang jealousy. Kenapa tiba-tiba bahas tentang jealousy? Well, karena ada beberapa POV yang pingin aku kasih nih, kebetulan juga kemarin sempat ngobrol tentang jealousy ini wkwkwkwk.

Jadi kita ngomong tentang cemburu nih ya, sebenernya apa sih cemburu itu? Kalau aku jabarin simplenya dalam hubungan, cemburu itu semacam perasaan nggak enak yang kita rasain sewaktu ngeliat pasangan kita entah itu dekat sama orang lain, didekati oleh orang lain, apalagi sampai mendekati orang lain hahahaha. Tapi, kalau kita ambil dari KBBI bakalan ketemu definisi cemburu yang menurutku pas banget buat dijadiin basic pembahasan di sini, "kurang percaya".

Seringkali, cemburu ini jadi bibit untuk hubungan yang toxic. Dimana karena rasa cemburu ini, salah satu pihak jadi ngebatasin pergaulan dan kebebasan pihak yang lainnya, dengan dalih cemburu karena dia sayang. Awal-awal mungkin ini bakal jadi pertengkaran, tapi seiring berjalannya waktu pihak yang dibatasin bakal males banget lagi untuk banyak debat dan akhirnya semua emosinya jadi terpendam lagi sebelum nanti jadi perang dunia karena meledak wkwkwk.

Selain itu bisa juga pihak yang ngerasa cemburu jadi marah dan tanpa sadar nyakitin pihak satunya baik secara verbal ataupun physical. Kemudian nantinya minta maaf dan playing victim ini karena dia terbakar api cemburu ngeliat pasangannya deket sama orang lain gitu. Dan kalau dari kasus-kasus hubungan toxic yang umumnya aku liat, pasangannya ini bakalan maafin dan mereka bareng lagi sampai nanti ada kejadian gitu lagi yaudahlah muter-muter gitu terus. Seringkali alasannya karena udah nyaman dan terlanjur sayang, terus males banget mulai semuanya dari 0 lagi.

Well, aku nggak mau bahas sih ya perihal keputusan mereka untuk terus-terusan muter-muter di lingkaran toxic itu benar atau salah. Aku cuma bakal bahas perihal rasa cemburu ini. Jadi, cemburu itu tanda cinta ya? Iya bener banget aku setuju kalau cemburu itu tanda cinta, tapi di sini ada hal lain yang menurutku perlu kita highlight "sikap untuk bisa mengendalikan diri." Yaps, kamu boleh cemburu dan kalau kamu memang sayang dengan pasanganmu pastilah kamu ngerasain namanya cemburu. Cuma menurutku kurang tepat aja kalau kita marah ke pasangan karena cemburu. 

Aku pribadi nggak pernah marah ke pasangan karena cemburu. Awal-awal aku mulai pacaran, alasan aku nggak pernah terbakar api cemburu itu karena aku berniat untuk jadi cowok yang cool dan pengertian wkwkwkwk. Jadi, aku nggak mau ngebatasin pergaulan pasanganku gitu, sampai pernah berapa kali ya mantanku ngetes aku biar cemburu terus marah. Ini aku juga agak heran sih kenapa ABG jaman dulu suka banget ngetes-ngetes pacarnya, nggak penting banget kan ya padahal? 

Ok, balik ke pembahasan lagi, jadi dulu aku sering banget dites-tes nggak penting kayak gitulah, tapi in the end ya aku emang nggak pernah marah karena alasan itu. Tapi, dimarahin gara-gara mantanku cemburu, sering banget itu wkwkwkwk. Jadi saat itu, alasan aku gamau marah-marah karena cemburu itu biar bisa jadi cowok cool dan pengertian kayak di imajinasiku. (Point of View 1)

Well, selesai pembahasan tentang POV pertama, sekarang kita lanjut ke POV kedua.

Seiring berjalannya waktu aku jadi semakin dewasa dong, pemikiranku udah beda, sudut pandangku udah beda. Jadi, di sini aku udah punya pemahaman lain lagi tentang kenapa aku gak perlu marah-marah kalau aku lagi cemburu. Untuk memulai pembahasan ini, aku mau tarik lagi definisi cemburu dari KBBI sebelumnya, karena kebetulan sama dengan apa yang aku percaya saat itu, "kurang percaya." 

Dari sini bisa kita bilang apa yang menyebabkan rasa cemburu itu berarti kurang percaya. Kurang percayanya sama siapa? Bisa dengan pasangan kamu atau mungkin diri kamu sendiri. Kalau sudah ngerasa kurang percaya sama pasangan ya ngapain masih bertahan sama dia? Dasar hubungan itu kan rasa percaya, kalau pondasi yang jadi dasar hubungan aja sudah nggak kuat, ngapain masih dipertahanin? Ibarat rumah itu tinggal nunggu waktu roboh aja dah wkwkwk. Kalau sampai kalian ngerjain ini, hati-hati aja hubungan berkembang ke arah toxic nanti jadinya. 

Lalu, satu kemungkinan lagi adalah kamu nggak percaya sama diri kamu sendiri. Nah, kalau kamu nggak percaya diri, ngapain marah ke orang lain dah? Terutama ke pasangan kamu, sampe nyakitin dia gitu. Lha, kan itu masalah sama diri kamu sendiri, ya selesaiin sendirilah. Kamu harus bisa tahu value kamu apa, jadi kamu bisa percaya kamu udah lengkap buat nggak bikin pasangan kamu berpindah hati, dan ini harus dipelajari. Kalau buat aku pribadi sih, even aku gak tau valueku pribadi apa ya, karena nggak ngerasa ada bagus-bagusnya juga ya. Aku cukup percaya kalau orang ini bisa sama aku karena aku punya apa yang dia cari, jadi seharusnya itu cukup untuk buat dia bertahan gitu. (Point of View 2).

Oke, kita selesai dengan pembahasan dari Point of View 2. Sekarang kita lanjut ke Point of View yang terakhir. Point of View 3!

Point of View 2 itu pada akhirnya aku sadari punya weakness yang besar untuk beberapa orang tertentu. Sebelumnya aku bilang, cukup percaya kalau orang ini bisa sama aku karena aku punya something yang pastinya juga bakal bikin dia bertahan. Jadi, kalau seandainya orang ini pergi? Apa itu artinya aku nggak seberharga itu? Apakah artinya sekarang valueku udah nggak ada? Untuk beberapa orang, POV ini bisa bikin trauma di mana dia bakal ngerasa kalau dia nggak pantes buat siapa-siapa lagi sekarang. Wah, ini sih bahaya ya kalau sampai mikirnya gini, jadi jomblo akut mampuslah itu.

Akhirnya aku memutar otak buat merenung, belajar-belajar lagi, dan seiring berjalannya waktu aku menjadi lebih dewasa juga bertambahnya ilmuku. Akhirnya aku punya pemahaman final yang tanpa celah dan weakness. Ya semuanya karena tuhan, atau dalam caseku Allah SWT. Yaps semuanya atas izin dan kehendak-Nya.

Jadi pikiranku kayak gini nih Allah SWT itu yang Maha kuasa untuk segala hal yang terjadi di dunia ini, Ia juga yang berkuasa dalam membolak-balikkan hati manusia. Kalau Allah SWT sudah bilang hatinya berbalik dari aku, ya aku mau gimana? wkwkwk. Yaudah belajar aja ikhlasin. Dan dari sini aku juga belajar pada akhirnya nggak pernah ada yang bener-bener jadi punya kita gitu. Semuanya cuma titipan dari Allah SWT untuk memberi beberapa warna yang beda dalam hidup kita.

Dengan pemahaman ini, aku bisa bodo amat kalau ada orang yang deketin perempuan yang sekarang lagi sama aku, cemburu jelas karena aku nggak pernah bener-bener ngerasa lebih baik dari orang lain. Tapi yaudah sih, setiap orang berhak untuk mencoba peruntungan mengambil hatinya selagi belum ada cincin yang terlingkar di jari manisnya. Kalau pada akhirnya dia pergi karena ada orang lain yang dia rasa lebih baik, ya berarti Allah SWT sudah membalikkan hatinya ke arah yang lain. Aku gamau bilang Allah SWT nunjukin kalau dia nggak baik buat aku, karena kalau ngomong kayak gitu kesannya bakal subjektif banget karena kebetulan aku jadi pihak yang disakitin wkwkwk. Yang pasti aku cuma perlu percaya aja Insyaallah cerita yang lebih baik dan menarik sedang disiapkan oleh-Nya.

Well, jadi inti dari POV ketiga ini adalah semuanya itu karena Allah SWT, hatinya dia berpaling karena Allah SWT, adanya orang yang datang juga karena Allah SWT. Jadi, nggak mungkin dong kita marah-marah dan nyalahin takdir Allah SWT? Karena pastinya, itu yang terbaik buat kita.

Well, itu dia ketiga POV yang aku rasa cukup untuk menjelaskan kenapa sih kita nggak perlu marah-marah karena cemburu. Yang paling penting di sini adalah pengendalian terhadap diri sendiri dan juga kesadaran untuk selalu tawakal dan ikhlas sama Tuhan YME. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kalian, see you in the next posting!


Read More >>
Rabu, 30 Juni 2021

Time Will Reveal


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 



"Yahhh... Kalo Mama bersyukur aja sih anak Mama ada yang mauin." Ucap mamaku secara tiba-tiba dalam sebuah percakapan kami.

Semacam sebuah pernyataan yang gimana gitu ya buat aku yang dengerin. Malah jadi sedih gitu kan aku dengerinnya. 

Jadi... Beberapa minggu lalu aku sedang berbincang-bincang dengan Mamaku ketika makan siang. Sudah menjadi kebiasaan, aku selalu berusaha menyempatkan waktu untuk sekedar berbincang dengan keluarga dan bercerita tentang apa saja yang terjadi belakangan ini. Dan saat itu kami membahas tentang satu hal yang sebenarnya paling malas untuk aku bahas, karena membuatku kembali harus menjabarkan bagaimana perencanaanku dalam beberapa tahun kedepan ini yang direspons dengan kalimat dari Mamaku di atas. 

Sebisa mungkin aku selalu memastikan bahwa Mamaku tau aku baik-baik saja dalam segala hal. Semuanya berjalan lancar, hidupku tak memiliki masalah yang cukup berarti. Karena alasan yang aku sampaikan, mamaku cukup santai dan menerima perihal aku yang tak pernah membawa satu orang pun wanita ke rumah untuk dikenalkan kepadanya. Meskipun sebenarnya ada beberapa alasan lain yang tak mampu aku ungkapkan.

Mungkin, kalimat seperti ini sudah umum kalian dengar, perihal jangan mencintai seseorang dengan terlalu dalam, karena luka yang tertinggal nantinya akan sangat menyakitkan sebanding dengan dalamnya rasa yang tertancap dalam hati. Yaps... Aku sudah pernah merasakan luka itu. Bagaimana aku mencintai seseorang dengan begitu dalam, hingga akhirnya kisah itu berakhir dan aku bahkan tidak tau bagaimana cara untuk kembali berdiri sendiri. Saat itu aku sangat bersyukur pada tuhan karena menganugerahkan teman-teman yang selalu ada di saat kondisiku sedang sangat terpuruk. Aku tidak tau akan sesulit apa jadinya terlihat baik-baik saja tanpa orang-orang ini di sekitarku. Alhamdulillah banget dah.

Selama aku berusaha menyembuhkan diri dari luka itu, aku selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan keluargaku. Terutama di depan Mamaku, karena aku tak ingin ia melihat putra yang selalu menjadi kebanggaannya berada dalam keadaan sehancur itu. Bahkan, aku sempat kesulitan menahan jatuhnya air mata ketika sedang berbincang dengan Mama dan kemudian beliau mengatakan,

"Dan, semoga jalan hidupmu selalu baik-baik ya, semuanya lancar. Wildan selalu berusaha menuhin apa yang Papa sama Mama minta. Mama tau Wildan sayang banget sama dia. Tapi Wildan masih mau dengerin Papa sama Mama untuk pergi karena beberapa alasan." ucap Mama. (Sumpah pas denger Mama ngomong gini mau nangislah aku)

Bahkan sampai saat ini, hatiku masih cukup sensitif ketika mengingat momen saat Mama menyampaikan kalimat itu. Hatiku masih tetap luluh dan seolah-olah bekerja sama dengan otak dan mata untuk mencoba menjatuhkan air terjun kecil yang bisa membasahi pipi.

Cukup lama aku berusaha untuk sembuh dengan berbagai cerita dan kenangan yang mengiringinya. Hingga akhirnya, aku bisa sepenuhnya merasa terbiasa dan baik-baik saja ketika mengingat semua cerita yang telah menjadi bagian dari lembaran masa laluku. Dalam prosesnya, aku mempelajari untuk mencintai diri sendiri. Karena kalimat yang cukup populer lainnya.

"Jika kamu telah mencintai dirimu sendiri dengan baik sebelum belajar mencintai orang lain, kamu tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan bodoh atas nama cinta."

Dengan berbekal kalimat itu, akhirnya aku belajar untuk mencintai diri sendiri sembari berusaha untuk menyembuhkan hati. Hingga akhirnya aku berhasil mencapai tujuan dari keduanya. Apakah dengan itu berarti semua berakhir dengan menyenangkan?

Ternyata seiring berjalannya waktu aku menemukan masalah yang lain wkwkwk. Yaps, kalimat di atas perihal mencintai diri sendiri sangatlah tepat. Dengan mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu, kamu tidak akan melakukan perbuatan bodoh atas nama cinta. Aku akhirnya merasa benar-benar mencintai diriku sendiri. Dan hal itu ternyata membawa cerita aneh yang lainnya. Meskipun aku sudah mulai terbiasa dengan hidupku yang penuh keanehan.

Seiring perjalananku setelah sembuh, aku beberapa kali mencoba untuk menulis sebuah cerita yang baru. Namun, setiap aku mulai memegang pena untuk menulis, bayangan dan kenangan akan rasa sakit dan kecewa yang pernah aku lalui selalu kembali menghantui. Beberapa kali aku mencoba menimbang-nimbang apakah tulisan yang baru ini akan aku lanjutkan lebih jauh atau cukup sampai disini. Namun, aku selalu memilih untuk meletakkan kembali pena itu dan membiarkan bayangan tersebut pergi. Dengan cara itu, aku selalu merasa baik-baik saja jika ada orang yang pada akhirnya pergi dari hidupku.

Yaps, kalimat itu benar, dengan mencintai diri sendiri, kamu tidak akan melakukan perbuatan bodoh. Aku sudah mencintai diriku sendiri dan merasa tidak tega kepada diriku sendiri jika harus jatuh kembali dan mengulang masa-masa itu lagi. Hingga aku memutuskan untuk tidak menulis cerita apapun lagi.

Namun, di tengah kenyamananku sendiri, belakangan ini ada seorang perempuan yang tiba-tiba datang tanpa aku sangka sebelumnya dan menembus batas antara dunia utopiaku dengan dunia nyata. Awalnya aku membiarkan saja ia berada di sana sesuka hatinya. Tetapi, perlahan-lahan aku mulai terbiasa dengan kehadirannya. Kehadiran yang memberi sedikit warna tambahan pada hidupku yang sebelumnya aku biarkan hitam putih agar tidak mendatangkan banyak distraksi. Sebuah hal yang benar-benar berada di luar prediksiku, benteng pertahanan yang aku yakin begitu kuat aku bangun untuk menahan datangnya orang baru yang membuatku harus menggenggam pena itu lagi, pada akhirnya harus aku ikhlaskan untuk kembali ditembus oleh seorang perempuan tanpa ia harus berusaha.

Belakangan ini aku menemukan sebuah kalimat, terkadang ketika kita berhenti mencari dan mengejar suatu hal. Hal itu akan menghampiri kita dengan caranya sendiri. Selama ini aku selalu berusaha untuk mencoba menulis cerita yang baru. Hingga pada akhirnya, aku menyerah dan memilih untuk fokus dengan diriku sendiri dan orang-orang yang selalu ada untukku. Sebelum akhirnya, perempuan ini datang dan membuat beberapa hal menjadi berbeda. Sampai saat ini aku selalu bertanya-tanya. Apakah ini benar-benar waktunya untuk memulai menulis sebuah cerita yang baru lagi? Sampai saat ini aku belum menemukan jawaban yang tepat. Aku juga lebih memilih untuk menjalaninya secara perlahan. Because, if all things in time, time will reveal. :)

See you in the next posting.

Read More >>
Sabtu, 06 Maret 2021

Pria di Pesawat dan Tol Bali Mandara


  Untuk yang belum membaca posting sebelumnya, bisa baca disini ya ! 

Belakangan ini kesibukan dalam pekerjaan lumayan menyita tenaga dan pikiranku. Sehingga, seringkali aku menyempatkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi kota dengan motor yang sudah banyak mengukir cerita suka dan duka bersamaku. Ketika langit sedang cerah, aku juga suka untuk sekedar berputar di jalan Tol Bali Mandara, yang mana sejak awal peresmiannya diklaim sebagai tol pertama di atas laut dengan value pemandangan yang indah. Meskipun, sejak reklamasi dimulai keindahannya sedikit memudar, tapi, pemandangan suasana langit tenggelam dan lautnya masih layak untuk dinikmati.

Beberapa minggu ini aku seringkali memasuki jalan Tol Bali Mandara hanya sekedar untuk berjalan-jalan menghilangkan penat setelah bekerja. Pada suatu sore, sembari mendengarkan musik, tiba-tiba aku teringat tentang seorang pria yang pernah aku temui di pesawat sekitar 2 tahun lalu. Saat itu, kami bertemu secara tidak sengaja di atas pesawat menuju Jakarta. Entah karena bosan atau bagaimana, tiba-tiba dia mulai bercerita kepadaku tentang pemandangan yang kami lihat dari dalam pesawat. Kurang lebihnya cerita itu seperti ini.

Oh iya, mungkin untuk cerita ini lagu ini bakal cocok diputar sambil baca, kebetulan juga aku suka lagunya sama video klipnya wkwkwk.

*Back to the past with my point of view*

Cerita ini terjadi pada tahun 2019, ya 2 tahun lalu. Mungkin jika kalian mengikuti keseluruhan cerita di blogku dengan baik, kalian akan tahu bahwa pada tahun itu aku sempat hijrah ke Bogor setelah lulus kuliah. Namun, jika kalian belum tahu, setidaknya aku sudah memberi tahu di sini wkwkwk. Ok, jadi selayaknya perjalanan menggunakan pesawat, pagi itu aku telah berada di waiting room Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Aku sedang menunggu jadwal keberangkatan pesawatku menuju Jakarta.

Tidak ada hal yang spesial saat itu, hanya sibuk menjaga agar baterai tetap dalam kondisi yang optimal dengan mencari tempat duduk yang memiliki stop kontak. Setelah menunggu kurang lebih 2 jam, akhirnya panggilan untuk penumpang pesawat yang akan aku tumpangi terdengar. Semuanya tetap berjalan biasa-biasa saja tanpa ada yang spesial. Dan seingatku, saat itu aku mendapatkan tempat duduk di seat tengah, biasanya aku lebih suka untuk duduk di samping jendela, tapi karena sudah dibook orang lain, ya sudahlah nikmati yang ada saja.

Sudah ada seorang pria yang duduk lebih dahulu di kursi tepat samping jendela itu, jika aku lihat perawakannya belum cukup tua. Mungkin, 2 atau 3 tahun lebih tua dariku. Singkat cerita, aku sudah meletakkan semua barang-barangku di kabin atas pesawat dan duduk manis menunggu take off. Saat menunggu pesawat take-off, tanpa disangka ternyata pria itu mengajak aku berbincang-bincang sedikit. Sesuai dugaanku, umurnya berjarak 2 tahun lebih tua dariku, dan dari apa yang dia sampaikan, dia memilliki beberapa urusan yang perlu diselesaikan di Jakarta. Kami tidak banyak berbincang, hanya sekedar percakapan standar basa-basi. Setelah itu kami kembali dalam kesibukan masing-masing sembari menunggu pesawat lepas landas.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pesawat pun siap untuk lepas landas. Selama lepas landas, aku selalu suka melihat keluar jendela dan memperhatikan bagaimana segala hal perlahan-lahan mengecil seiring dengan semakin tingginya jarak yang dicapai oleh pesawat. Dan tanpa sengaja, aku perhatikan, pria itu sangat menghayati pemandangan yang sedang dia lihat melalui jendela, sampai akhirnya tidak ada lagi yang terlihat selain langit-langit dan awan. Aku pun berniat untuk mendengarkan musik dan membaca buku. Namun....

"Aku suka banget sama pulau ini"

Yaps, tiba-tiba pria yang duduk di samping jendela itu bersuara, aku tidak tahu apakah dia sedang melakukan monolog atau sedang mencoba membuka percakapan denganku. Namun, karena aku orang yang baik hati dan tidak sombong, akhirnya aku membalas ucapannya.

"Saya juga suka banget pulau ini,mas. Banyak proses menjadi dewasa yang saya lewatin di sini." Ucapku

"Iya, aku juga. Banyak kenangan yang ada di sini. Dan kamu tahu? setiap aku melihat Tol Bali Mandara, rasanya otakku seperti dipaksa mengingat begitu banyak hal tentang seorang wanita."

"Alhamdulillah mas masih perempuan yang diinget hehehe", ujarku mencoba untuk melucu dan mencairkan suasana yang perlahan menjadi sendu. Mendengar leluconku, dia hanya tersenyum sejenak, kemudian kembali menatap menerawang keluar jendela. Karena merasa bersalah merusak suasananya untuk bercerita, akhirnya aku berinisiatif untuk bertanya.

"Memangnya kenapa,mas?" tanyaku.

Dia merenung sejenak, kemudian dia mulai bercerita.

*Story start with point of view from that man*

Aku sudah tinggal di sini sejak lahir. Sejak itu pula aku memiliki berbagai macam cerita dengan banyak wanita. Namun, ada satu wanita yang tidak pernah mampu aku buat pergi semenjak ia datang dalam kehidupanku, wanita itu seringkali datang menghantui hati dan pikiranku. Bahkan hingga saat ini aku bercerita padamu.

Dia adalah seorang wanita yang sederhana, cantik, pemalas namun menggemaskan, serta memiliki senyuman manis yang tanpa sadar akan membuatmu tersenyum pula saat melihatnya. Aku mengenalnya karena sebuah kebetulan yang aneh. Sebenarnya, aku sudah mengaguminya sejak lama. Namun aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mencoba mengajaknya berkenalan, apalah artinya pria sepertiku untuk wanita sepertinya. Namun, tanpa disangka aku bertemu dengannya saat sedang berjalan-jalan dengan temanku. Beruntungnya, temanku ternyata mengenalnya. Mereka saling bertegur sapa dan berbincang-bincang sejenak. Setelah itu, aku pun memberanikan diri untuk bertanya tentang wanita itu kepada temanku, tidak lupa juga meminta kontak wanita itu. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk menghubungi wanita itu melalui perantara temannya. 

Setelah mencoba mendekatinya selama beberapa bulan, akhirnya kami pun resmi menjadi pasangan. Layaknya pasangan pada umumnya, hubungan kami penuh dengan pasang surut, bahagia dan pertengkaran. Namun, kami bisa melalui setiap hal itu satu demi satu. Sehingga, setiap masalah yang kami selesaikan, mengendap menjadi pondasi penguat untuk hubungan kami. 

Cukup lama kami mengukir cerita yang indah bersama, mungkin sekitar 3 tahun. Dan masalah terberat sepertinya memang datang di tahun terakhir. Seperti yang kita semua mungkin tahu, sebagai manusia kita tak akan pernah mampu melawan kuasa tuhan serta kaki tangan-Nya yaitu ruang dan waktu. Setiap momen dan waktu yang berjalan dalam kehidupan kami, akhirnya perlahan-lahan mengubah masing-masing dari kami menjadi pribadi yang baru dan berbeda. Banyak pertengkaran baik yang penting maupun tidak penting terjadi di tahun ketiga ini. Hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk berpisah.

*The story back to my point of view*

Aku melihat pria itu terdiam cukup lama sembari menatap keluar jendela. Karena bingung dengan ceritanya yang serasa menggantung, aku pun memberanikan diriku untuk bertanya,

"Lalu, apa hubungannya sama jalan tol,mas?" Tanyaku.

"Ah maaf, aku nggak fokus jadinya bengong. Hehehehe. Sepanjang jalan itu menjadi saksi perjalanan terakhir kami sebagai seorang pasangan. Saksi bisu dimana seorang pria tak mampu lagi membendung air matanya yang mengalir dengan deras karena ketulusannya terhadap seorang wanita. Selama berpacaran, kami juga sering melalui jalan itu untuk berjalan-jalan, melakukan obrolan-obrolan atau tindakan yang konyol, meskipun tindakan konyolnya cuma aku aja wkwkwk. Jadi sampai sekarang, kalau melewati jalan itu aku masih suka teringat kembali semua memorinya wkwkwk. Mungkin bukan jalan itu saja, tapi banyak sekali tempat yang tanpa sadar seringkali membuat pikiranku memutar memori kenangan tentang wanita itu. Bahkan tanpa mendatangi tempat itu, aku sering juga teringat bagaimana ketika ia tersenyum, ketika ia cemberut karena marah kepadaku, ketika ia menjadi manja karena menginginkan sesuatu." Ungkapnya sembari tersenyum tipis dan sedikit memandangi langit di luar jendela.


Copyright : Maria Infiniferro

"Wah, masnya masih suka dia ya?" Tanyaku.

Pria itu kembali merenung dan menatap keluar jendela sebelum menjawab pertanyaanku,

"Masih suka ya? Hmmm... Mungkin nggak ya, karena setelah perpisahan kami pun kami masih sering bertemu satu sama lain. Meskipun, perlahan intensitasnya semakin berkurang. Namun, ketika terakhir kali aku bertemu dengannya, aku merasa semua tidak terasa sama lagi seperti dulu, mungkin karena memang masing-masing dari kami sekarang sudah menjadi orang yang berbeda dari kami yang sebelumnya. Tapi, aku juga nggak bisa jawab dengan pasti apa dia masih di hatiku atau nggak." Jawabnya sembari tersenyum tipis.

"Sekarang udah nggak pernah hubungin atau ngajak ketemu lagi,mas?" Tanyaku lagi karena terbawa suasana ceritanya dan juga rasa ingin tahuku.

"Nggak, dia udah punya cerita baru lagi, hehehe. Aku nggak tau cerita barunya dia gimana, cuma aku selalu berharap dia bahagia sama itu, melebihi cerita bahagia yang pernah kita tulis sama-sama." Saat menjawab pertanyaanku ini, dia memang mencoba tersenyum. Namun, aku masih sedikit melihat raut-raut sendu di wajahnya, serta ketulusan akan doa yang dia ucapkan dari sorot matanya.

"Kalau kamu sendiri gimana nih? Jangan-jangan sengaja kabur keluar buat ngelupain mantan. Hahahaha." Tebaknya asal-asalan kepadaku.

Aku yang sedikit tergagap karena tebakannya bisa dibilang beberapa persen benar.

"Eh, nggak juga mas hehehe." Jawabku berbohong. Meski aku tahu, ekspresiku tak akan mampu  untuk berbohong.

"Hahaha kayaknya ada yang ngalamin hal sama nih." Kata pria itu kepadaku sembari tertawa.

"Perjalananmu masih panjang, banyak hal yang lebih berat yang bakal kamu hadapin di depan, kamu harus kuat ya. Karena seberat apapun, aku yakin kamu bisa baik-baik aja. Jangan pernah memaksakan diri untuk melupakan, tapi seenggaknya belajarlah untuk mengikhlaskan. Karena setiap hal terjadi pasti ada maksud dan tujuannya. Mungkin kamu memang perlu ini untuk jadi orang yang lebih baik." Lanjutnya tiba-tiba sembari tersenyum tipis.

Mendengar nasihat yang dia ucapkan aku sempat tertegun sejenak sebelum berhasil mendapatkan kesadaranku dan membalas kalimatnya.

"Hahaha, makasi mas sarannya. Mungkin next time kita bisa sharing cerita lagi."

"Yaps, for sure." Jawabnya

Begitulah cerita dari pria yang tidak sengaja aku temui di pesawat kala itu. Sebenarnya, aku sudah meminta izin kepadanya untukh menuliskan cerita ini di blog. Dia merasa excited sekali saat mendengar tawaranku, dan dengan senang hati mengizinkannya. Namun, karena kesibukan di Bogor dan beberapa hal lain. Aku lupa untuk menuliskannya dan baru teringat kembali sekarang wkwkwk.

Sampai saat ini entah mengapa setiap orang selalu menggaungkan tentang move on dan melupakan ketika sebuah kisah cinta menemui akhirnya. Padahal ya aneh saja, bagaimana kamu bisa melupakan seseorang yang sebelumnya pernah berkali-kali menjadi alasan dari setiap lengkung senyumanmu.

Menurutku, pada akhirnya setiap kisah cinta akan selalu berakhir tentang mengikhlaskan sebuah perpisahan. Entah itu dipisahkan oleh cerita yang lain, ruang, atau pun perpisahan abadi bersama waktu. Karena ketika kita telah ikhlas, setidaknya kita bisa seperti pria yang aku temui di pesawat. Mengingat segalanya dengan senyuman.

Jujur, aku tidak tau apa sekarang pria itu sudah baik-baik saja, bagaimana kabarnya, apakah dia masih sesekali teringat wanita itu? Karena setelah turun kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing dan lupa untuk sekedar bertukar kontak seperti janji sebelumnya di pesawat untuk bertukar cerita kembali jika ada kesempatan. Yahhh... Aku harap dia baik-baik saja dan berhasil menyembuhkan hatinya. Lalu, mendapatkan kepingan hati yang baru lagi agar bisa menuliskan cerita indah dan sendu yang lainnya. How about my story? Well.... It keeps continue, maybe in the next posting hahaha. See you.




Read More >>